Gadis Penjual Kacang Bawang

Waktu belum terlalu malam, namun beberapa toko sudah mulai menutup bagian tokonya, ada juga yang memberitahukan bahwa toko sebentar lagi akan tutup. Terdengar samar dari pengeras suara. Sekitar 30 menit menuju 21.00, sementara suasana di jalan masih sangat ramai. Kendaraan pun terlihat sedikit memarkir di turunan fly over Senen.

*
Sepulang dari kantor dan istirahat sebentar, kuputuskan untuk mampir ke salah satu toko. Sebutlah ini "Me Time", singkatnya berbelanja. Kebutuhan harian, camilan, tak ketinggalan pakaian. Bagian terakhir seringnya hanya iseng, alias lihat-lihat, kalau ada yang tertaksir yaa tidak menutup kemungkinan dibeli.

Mengingat toko yang hampir tutup, target lihat-lihat hanya sekitar 20 menit. Selintas melewati areal blouse, memilih-milih warna kebetulan ada yang cocok. Sementara itu tentengan mengisi kedua tangan, tas kain berisi kotak makan bersih dan belanjaan dari toko sebelumnya. Bukan terlalu banyak belanja, tapi kebutuhan. Setelah membeli kebutuhan harian, barulah menuju toko kedua khusus menjual pakaian.

Cukup lama aku berhenti di areal blouse, sampai seberkas suara tiba-tiba terdengar mendekat.

"Kak, mau beli...ngga?" Sekilas mendengar suara itu dan mencarinya. Saat kutengok, pertanyaan dari seorang anak perempuan remaja. Kira-kira usianya 10 sampai 12 tahun.

Sedikit mengabaikan sapaan itu, aku melambaikan tangan seraya berkata "Engga".
Kembali gadis itu menawarkan, sambil melihat apa yang dibawanya.

"Jual apa?" Setelah sempat ia menjauh,pelan-pelan kembali mendekat, membuka kantong plastik putih corak berukuran sedang yang dibawanya.
"Kacang Kak. Kalau ketahuan nanti saya dimarahi" sambil memperlihatkan kantong plastik berisi kacang, kemudian kembali menutupnya.

Setelah menawari jualan, sambil ia melihat-lihat pakaian yang tergantung, mengisyaratkan bahwa ia juga sedang berbelanja. Ya, hal itu dimaksudkan seolah ia sedang berbelanja. Karena sadar akan diusir jika ketahuan.

"Harganya berapa?" Kembali tanyaku.
"10 Ribu empat Kak"
"Beli dua aja yaa.."
"Iya Kak, ngga papa"

Sambil aku mengambil dompet dari dalam tas, anak perempuan berjilbab bergo putih itu menyiapkan dagangannya. Berseger merapat ke arahku, sambil masih melihat-lihat baju. Kemudian kami berdua bertransaksi, anak itu mempersilahkanku mengambil kacang di dalam plastik, lalu segera ku masukkan kacang berbungkus transparan itu ke dalam tas.

Tumpukkan kacang yang dibawanya terlihat masih penuh, entah sudah berapa lama ia berkeliling jualan. Berapa lama juga sudah berada di toko ini? Dengan siapa ia berjualan? Apa ada yang menyuruhnya?

Semua pertanyaan yang tak terjawab, hingga selesai aku membeli beberapa pakaian lalu menyelesaikan berbelanja. Seiring speaker toko yang kembali terdengar, memberitahukan informasi kepada para pengunjung bahwa toko akan segera tutup.

**

Hampir sering aku mengabaikan, saat ada orang tak dikenal datang menyampaikan sesuatu. Kekhawatiran modus tertentu, sehingga acuh menjadi pilihan. Karena tidak sekali dua kali mengalaminya, orang tak dikenal datang dengan wajah lusuh, lalu meminta uang.

Ya, anak itu hanya mencoba mencari uang dengan berdagang. Meski mengelilingi toko bukan pilihan yang aman, sebab pegawai yang mengetahui bisa saja mengusirnya.

Kita mungkin tidak membutuhkan membeli apa yang dibawanya, tapi siapa tahu ada rezeki yang dibawa oleh orang lain yang kita tidak sadari. Semoga laku jualannya Dek, sukses ke depannya. Aamiin...




Komentar