Katakan Sang...gup...

Minggu Pertama, Pekan Kedua Mei 2016 


Perjalanan ini...

Arrrggghhh... Rasanya mau teriak kencang sambil lempar barang bawaan.
Kenapa? Sakit jiwa?

Mungkin Aku bukan salah satu orang yang sabar, menghadapi kenyataan. Kenyataan menembus keramaian Ibukota yang begitu memukau. Menghirup debu, polusi, udara panas dan suasana yang ricuh angkutan umum serta manusianya.

Sesekali melihat pengendara mobil yang bagitu angkuh, sendirian di dalam ruang 10 kursi, sambil memainkan gadget sehingga membuat kendaraan di belakangnya tertahan. Klakson pun terdengar mengganggu, semakin memecah keriuhan jalanan.

*
Keadaan itu kembali ku rasa. Tiga hari setelah dimutasi kerja. Bukan mutasi si, pindahnya kan sedivisi, hehehe ^^

Karena satu dan lain kemungkinan, beberapa divisi di kantor pusat dipindah tempat kerja ke gedung lain di Pejaten, daerah Selatan, jalur Kebun Binatang Ragunan. Sebelumnya dari daerah Tangerang Selatan. Bukan Tangerang yang terdengar jauh itu si, tapi yaa lumayan kena jalur macet kalu menuju Jakarta. Lokasinya yang berbatasan dengan Lebak Bulus (Jakarta), menjadikan Tangsel lebih mendekati Jakarta. Tapi jika itu berada di Pamulang, Ciputat, Bintaro dan sekitarnya ya.. Karena menuju Serpong kesanaan jadinya jauh.

So far bukan karena jaraknya, tapi perjalanan yang kurang strategis sih.. Ngga ada jalur kereta yang menjadi pilihan favorit. Kali ini sekitar 15 Km, sebelumnya malah sampai 24 Km PP. Tapi aksesnya enak, naik kereta walau desak-desakan, tapi ngga makan waktu lama. Suasananya juga enak, berangkat dan pulang bareng eksekutif muda (ecieee) yang ngantor di kawasan Pusat Jakarta (yang terkenal kawasan gedung bertingkat).

Jadilah sepanjang perjalanan itu tadi, yang dilihat lautan kendaraan tumpah ruah. Terpikir cepat, apa ngga bosan ya mereka setiap hari begitu? Apa ngga cape? Apa-apa-apa...? Meraka punya pilihan dan keputusan yang tentu kita ngga tahu.

Namun banyak Catatan dan CeriTa sepanjang perjalanan. Melihat berbagai manusia dan keadaan. Belum lagi pengamen yang menyajikan musiknya di tengah kemacetan. Beruntung kalau alunannya bagus, tapi terimalah-terimalah yang kurang beruntung. Serta penjual tisyu dan masker (penutup hidung). Dari situ ada bagian sedekah dari jasa juga dagang yang mereka sajikan. Terkadang moment itu ngga bisa didapat kalau kita naik kendaraan pribadi. Boro-boro mikirin itu, mikir sampai kantor ngga siang (padahal kena siang juga, karena macet) Bukan alasan lho, start dari rumah jam 7.30, nyatanya menghabiskan waktu 2 jam. What a wonderful?

Tapi satu hal, ngga bisa ngeluh yang terlalu lebai sih.. Daripada ngikutin pengendara angkuh, yang satu mobil 10 kursi cuma isi seorang dua orang, naik kendaraan umum jadi pilihan. Kecuali kalau perginya banyak orang, sekali jalan rame-rame.

That's it, agenda baru yang akan dijalani ke depannya. Entah sementara waktu atau seterusnya?

Berangkat bareng orang-orang beraneka rupa, dari ada yang aroma segar, juga beraroma sengat. Ihihiii ^^ Sodorin masker penutup hidung beraneka rupa dan warna. Jangan lupa air minum ya, jalan kaki dan polusi yang ngga terbatas waktu lewat sesukanya.

Kali ini, tanpa lampiran foto ya.. Terlalu ngeri membuka resleting tas dengan keadaan yang tumpah ruah. Sampai jumpa pada CeriTa berikutnya ya.. Ada apa dan siapa?

Komentar