Seberapa sering membuatnya tersenyum?
Seberapa banyak mengajaknya tertawa?
Berapa kali membuatnya bahagia?
Sudah senangkah beliau?
Tak mampu juga menjawabnya.
Rasanya masih kurang dan jauh dari bakti.
Terlalu jahat rasanya.
Gengsi bercampur emosi,
tak jarang membuatnya sakit hati.
Mungkin tangisan sedih, tercurah murni dari kelopak mata yang sipit ini.
Setiap kali mengingat gengsi dan emosi yang buruk ini,
berakhir penyesalan yang menyiksa.
Tak juga mampu menyadari.
Maafkan...
Atas laku yang tak tersadari.
Rasa yang melukai.
Sedih karena tersakiti.
Selamat Hari Mu Ibu
Seberapa banyak mengajaknya tertawa?
Berapa kali membuatnya bahagia?
Sudah senangkah beliau?
Tak mampu juga menjawabnya.
Rasanya masih kurang dan jauh dari bakti.
Terlalu jahat rasanya.
Gengsi bercampur emosi,
tak jarang membuatnya sakit hati.
Mungkin tangisan sedih, tercurah murni dari kelopak mata yang sipit ini.
Setiap kali mengingat gengsi dan emosi yang buruk ini,
berakhir penyesalan yang menyiksa.
Tak juga mampu menyadari.
Maafkan...
Atas laku yang tak tersadari.
Rasa yang melukai.
Sedih karena tersakiti.
Selamat Hari Mu Ibu
Komentar