Langkah yang Berarti

YISC EXPERIENCE:
'Langkah yang Berarti'
Belum terlalu lama aku berada di sini. Menapak langkah yang mungkin awalnya berat, kemudian keyakinan membawa semuanya menjadi menyenangkan. Seolah menemukan apa yang pernah hilang. Berat bukan karena terkait organisasi kerohaniannya, tapi setelah nanti memutuskan bergabung namun tidak konsisten. Terlebih waktunya di setiap Minggu pagi. Rasanya enggan melangkah, lebih asik jika memilih tertidur (lagi), hihiii. Aktivitas EO yang sering kali di akhir pekan, juga semakin menjelaskan belum bisa bergabung.
Sudah lama aku mengetahuinya, lebih dari setahun lalu. Banyak teman yang sudah bergabung, lalu memberitahu dan mengajak daftar. Flyer penerimaan anggota baru yang dishare pun, muncul di timeline facebook. Hingga pada pertengahan 2014, informasi pendaftaran tak begitu saja dilewatkan. Tak banyak berpikir, pendaftaran melalui email jadi pilihan. Mengisi satu persatu data, diakhiri dengan kolom pertanyaan, "Kenapa ingin bergabung dengan YISC?" Sejenak berpikir, apa ya, selain belajar ilmu agama? Tertulislah, ingin memperdalam wasasan keilmuan, ragam informasi, serta menambah relasi. Jawaban itu mungkin terasa ambigu. Wawasan keilmuan seperti apa? Ragam informasi yang bagaimana?
Tak lama setelah form dikirim, email konfirmasi diterima. Disusul sekitar dua hari kemudian, SMS pemberitahuan panitia untuk melengkapi data. Singkat kisah, aku resmi terdaftar. SMS berikutnya adalah informasi 'Masa Perkenalan Anggota Baru' (Maperaba). Selintas terpikir, mungkin seperti pengenalan masuk kuliah. Akan dibagi kelompok, kenalan sesama anggota baru, juga pengenalan seputar organisasi.
Minggu pagi, jadwal acara dimulai jam 7.30, namun aku baru datang sekitar jam 11.30. Entah iya atau bukan, puasa menjadi alasan datang siang, hiahaaa. Pendaftaran ulang, kemudian bergabung dengan kelompok. Beberapa saat mencari keberadaan kelompok, jadilah dari sekitar 10 orang dalam kelompok, aku yang paling terakhir datang, haha. Selepas Zuhur, kuis seputar Sejarah dan Agama Islam, tausiyah sampai mendekati Magrib, buka puasa bersama lalu selesai.
Seminggu kemudian jadwal penempatan kelas, Minggu depannya buka puasa bersama seluruh anggota, kemudian jeda masa Idul Fitri. Kelas perdana dimulai sekitar dua Minggu setelahnya. Hingga kelas perdana dimulai, aku belum juga bisa ikut, sampai sekitar empat kali pertemuan. Alasannya, karena selepas Idul Fitri ada beberapa agenda Silahturahmi keluarga.
Pertama kali masuk kelas, tak begitu banyak berinteraksi. Maklum lah anak baru, penyesuaian lebih dulu. Sampai pada pertemuan kedua, barulah mulai mengenal. Bertepatan juga akan dilangsungkannya Tafaqquh Fiddin (TF), yakni perkenalan sekaligus belajar Agama Islam. Kegiatan yang otomatis semakin mengakrabkan satu sama lain, tak hanya teman satu kelas, tapi juga sesama civitas.
Kemudian aku mulai aktif di beberapa acara. Seperti kembali pada masa-masa eksis dahulu, masa yang sempat hilang dalam perjalanan hidupku. Asik kuliah lalu bekerja, terus terang kurang menghadiri Majelis Keilmuan. Menjawab kelanjutan "Kenapa ingin bergabung dengan YISC?"
Saat bekerja, ilmu; informasi dan relasi, memang banyak ku dapat. Tapi llmu yang seperti apa? Tak cukup hanya dengan shalat wajib dan mengaji. Seharusnya Ilmu yang membuat kita bukan hanya sibuk keduniaan, terlupa akan ibadah lain. Mungkin tak sedikit dari kita yang melupakannya. Alasan lelah, membuat kita enggan ikut majelis kerohanian. Sementara tawaran jalan-jalan, mungkin lebih menarik.
Agenda yang terjadwal, membuatku setidaknya punya tanggung jawab. Bukan sekadar itu, wujud kewajiban untuk beribadah dan memperdalam pengetahuan agama. Mulai banyak sharing, ikut beberapa Majelis Keilmuan di luar pertemuan YISC yang diinfokan lewat broadcast, juga mengikuti kegiatan civitas.
Belajar keorganisasian lewat rapat kepengurusan, yang bagi anggota baru belum boleh, namun bisa sekadar bergabung. Ruang berkreasi mulai terasah lagi, menulis dan olahraga terwadahi (kembali). Ilmu agama lewat kajian dan mengaji semakin bertambah, dengan sendirinya relasi pun makin banyak. Relasi sesama Muslim, untuk saling mengingatkan. Dan ini belum berakhir...

Komentar