Kamu, Aku, Kita di Puncak Prau


Siang yang romantis, ditemani hujan, meski tubuh masih terasa "kritis". Membuatku teringat perjalanan pekan lalu, saat awan mulai menurunkan hujan di tanah Prau. Ada langkah yang tertatih namun pasti. Tubuh lemah tetap semangat, melangkah di bawah rintik hujan. Semangat yang ada sejak awal mendaki dalam sinar terbatas, hingga kembali. Semua punya cerita sendiri-sendiri.

Kaki, lengan, pundak yang nyeri sampai membuatmu meringis. Kawan yang setia menanti, satu tujuan, meski akhirnya terpisah lalu berganti. Melangkah, terpeleset dan jatuh, kemudian seseorang menggapaimu di posisi aman. Terima kasih.

Tersesat di antara dua bukit. Meski tertinggal kami tetap bersama dan menjaga. Sementara hanya gelap yang kita dapati, tak ada sautan, beratap awan dan bintang, sampailah di pemberhentian. Melepas lelah, berlindung dalam tenda minimalis, membuat moment semakin manis.

Sunrise di Puncak Prau. Ada yang asik menyusun moment dengan kameranya, lalu terkacaukan teman-teman di sekitarnya. Lelaki bertongkat merah jambu. Ada juga "pendekar" bersarung. Bahkan sebuah video klip tercipta di tengah keramaian. "Adaa.. Bunga-Bungaa.. Maju-maju cantikk.. Mundur-mundur cantikk.." Semuanya unik.

Terima kasih teman. Ada kisah di setiap perjalanan. Selalu ada rasa yang tertinggal dalam satu kesempatan. Maafkan jika aku tidak banyak mengenal semua, tapi Insya Allah tak terlupakan. Sampai jumpa di lain kesempatan. ^_^

Mt. Prau 2565 MDPL. 
Kawasan Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah.
15-16 Nopember 2014

#CeriTa #ART

Komentar