Hai Ibukota hai Jakartaaa... Seminggu berlalu Aku tak menjumpaimu. Tenang bersama kehidupan yang alami tetap sedikit berpolusi. Tapi Aku merasa nyaman. Terlintas selalu terbesit, "lebih baik meninggalkan daripada meninggalkan". Jadilah Aku pergi meninggalkan Ibukota, yang awalnya hanya beberapa hari, menjadi Satu Minggu.
Belum membeli tiket pulang dengan alasan keraguan, kemudian nekat hari kedua menuju keberangkatan dann jelas kehabisan. Masa? Sebab Aku memilih pulang dengan tiket yang murah meriah daripada memilih KA Ekspres yang harganya suka-suka.
Kota Udang dan Kota Mangga. Keduanya bukan tempat yang asing dan baru. Paling tidak dalam Satu Tahun, ada saja menuju kedua kota itu. Jelas karena banyak saudara di sana. Tak ada alasan untuk tidak mampir dan bersilahturahim.
Apa yang terjadi? Selama singgah, Aku menjadi tamu, yayaya, tamu dari Jakarta. Seorang adik kecil yang kini sudah berani pergi sendirian tanpa didampingi. Tapi adik tetaplah adik, selamanya akan menjadi adik.
Menyinggahi rumah Uwa (Pakde) di Cirebon, dan Tante di Indramayu. Tak lain dan tak bukan, tujuan utama adalah makan Nasi Lengko dan Bubur Indramayu. Jangan bilang ke sana kalau ngga makan. Buat Aku pribadi, kedua panganan itu belum pernah dijumpai di Jakarta, seasli buatan kotanya.
Berkeliling kota, menikmati udara yang yang khas. Seminggu berlalu pun belum selesai. Masi banyak PR dan hal yang mau dijelajahi, suatu saat nanti, entah sendiri atau bersama yang lain.
Pulang Kampung, inilah saat yang menyenangkan. Waktu bersama dengan keluarga, menikmati desa dengan segala perubahan dan tradisi yang masih ada. Sementara manusianya ada yang menetap dan berpindah, desa selalu ada di tempatnya.
Banyaknya ruko, bangunan baru. Keramaian kaki lima, pejalan kaki, pengamen, anak sekolah hilir mudik yang bersepeda. Angin sejuk khas perdesaan. Rasanya semua itu membuat siapapun tinggal dan bertahan.
Seminggu berlalu, Aku masih rindu. Tapi banyak PR yang juga Aku tinggalkan di Jakarta, maka harus kembali.
Sampai jumpa lagiii...
Komentar