SEPERTI PELANGI

Kehadirannya tak selalu, senyumnya sesulit bernapas dalam polusi, rautnya terlalu sendu. 

Bisa jadi seperti Hakim. 

Tapi vonis di awal dijatuhkan, sementara peradilan masih berjalan. 

Lalu aku berada dalam praduga tak bersalah, dari dugaan yang (padahal) dia munculkan. 

Dan semua berkata ada kekeliruan. 

Memunculkan tanya yang langsung dipatahkan, tanpa banyak penjelasan. 

Baginya mungkin tidak ada pembenaran. 
Sayang, aku tak terlalu mampu mengungkapkan. 
Belum tentu aku membuat kesalahan.

Menerima tanpa "memaksa" menjadikan aku menghargai, tanpa (mungkin) disadarinya.

Untuk apa? Perduli. Sebatas itu?

Keadaan yang akan menjawabnya. 

Mengisi tanya-tanya kosong, serta dugaan yang keliru. 
Menunggu.

Menjadi "kehampaan" yang sebenarnya beralasan. 

Berharap tetap menemukan pelangi, setelah "badai" beberapa saat lalu.

Komentar