Semasa kecil, waktu menginginkan sesuatu seperti makanan atau aksesoris, harapan itu tertuju ke Mama. Sebab setiap kali jalan-jalan, ya sama beliau. Tapiii apa iya dibeliin? Cenderung engga tuh.. Merengek, ngambek, nangis? Iyap.. Tapi kalau udah dimarahin. Abis itu lewat gitu aja. Begitu terus terjadi, sampai gede, besar dan menjadi dewasa.
Setelah itu Aku menyadari akan tidak dibelikannya suatu keinginan itu. Terlebih setelah Alhamdulillah punya pendapatan sendiri. Bahwa sesuatu yang ingin, ngga melulu diperluin. Apa-apa yang dibeli harus mengacu pada yang dibutuhkan.
Memahami sulit dan berharganya jerih payah mencari uang, menghargai kekayaan itu sendiri.
Belajar = ilmu, bukan membeli apa yang ingin dan tidak perlu, tapi yang dibutuhkan. di luar kebutuhan bulanan&kewajiban, ada yang namanya jajan dan main. Bolehh, sebab itu adalah rangkaian dari penyegaran jasmani biar rohani tentram. Tapi yaa, hanya sepersekiannya saja. Selebihnya masuk brangkas, bukan sisanya.
Pelajaran tanpa modul dan kelas, tapi aplikasi nyata dari seorang Mama. Beliau hanya memberi contoh dan realisasi. Lalu sebagai Anak, Kita menerima dan membawanya di sepanjang usia. Mengarahkan yang lebih muda, untuk menerapkan sesuatu yang hebat.
Bahwa Hemat itu Cermat bukan Pelit.
Komentar