Cinta Bersemi di Galeri

Perjalanan membawaku menemukanmu, lelaki tampan berhobi tebar pesona (TP). Meski Aku tak pernah secara langsung menjadi korban TP mu, tapi Aku merasa senang dalam canda-candamu.

Kisah ini berawal dari seorang produser baru freelance di kantor. Masih muda dan tampan. *Tsahhh... Tipe-tipe yang seperti ini nih, yang bikin mata terbelalak, lidah kaku lalu membisu, kadang mulut sampai mangap. Ketebak banget deh Aku, hahaha ^^

Kesukaan Kami yang cenderung sama, membuat Kami cocok dalam perbincangan kuliner. Hobi Kami ngomongin makanan enak. Bedanya dia ngga bisa masak, tapi penguji makanan yang baik. Dari situlah Aku mulai mendekatkan. Caranya? Ngga lain ngga jauh, ya dengan makanan. Resep terlezat dan terisitimewa diberi untuk Kakanda. Alibinya, harus revisi naskah bareng, jadi butuh panganan sehat. Padahal mah, ada dana buat delivery makan malam. Namanya juga "modus". Etapi bukan sekadar "modus". Lebih baik makan makanan rumahan daripada jajan. Nah uang makannya bisa buat beli cemilan. *Ngga mau rugi

Intensitas yang begitu seringnya, hingga memaksa mas Arman harus mengantarkan Aku pulang. Tepatnya mengantarkan sampai stasiun terdekat, lalu Kami berpisah dan mengucapkan salam dan melambaikan tangan. *daaaghh. Adegan terakhir tidak ada, hanya didramatisir tanpa pemeran. *halah

Moment-moment itu yang selalu Aku nanti. Di balik punggungnya Aku tertawa dan bicara. Bahkan terkadang merasa ingin memeluknya dari belakang. *huss bukan muhrim

Aku merasa nyaman di baliknya, meski tubuhnya tak besar untuk menjagaku dari angin. Tapi dia memberiku kenyamanan.

Kebersamaan Kami berlangsung lumayan lama. Meski tak selalu Aku "bimbingan" dengannya. Tapi cemburu datang saat dia lagi "ngebimbing" perempuan lain. Sakit hati inii, sakitt.. Kau anggap Aku apaa? *ahh lebay, dramaa ^^

Satu tahun lamanya dengan intensitas yang jarang tapi sering. Lah jadinya sering apa jarang? Intinya, di setiap ada kesempatan, Aku selalu berusaha membuat intensitas itu ada. Dengan cara dan alasan apapun untuk menariknya. Tapi tak jarang gagal. Hahaha ^^

Pada kesempatan lain, ada moment ketika Kami kehujanan di perjalanan. Saat di mana Aku menunggunya datang. Keadaan saat Aku ingin melihat senyumnya dan membuatku tertawa dalam sedih. Semua ada deh di dia. *berlebihan deh, buat promo aja sih! Jiahahahaha.

Satu masa, intensitas Kami semakin rekat. Kala itu, sebuah galeri fotografi sedang mengadakan pameran dan rangkaian agenda selama hampir satu bulan Ramadhan. Dia mengajakku, hanya Aku. Jangan tanya bagaimana perasaannya? Luar biasa campur aduk, cenat-cenut, mau terbang ke angkasa, serasa berada di taman bunga yang mewangi dan merona. Ini pipi kalo ngaca pasti merah. Untung aja waktu itu gelap, jadi ngga ketauan.

Selama Ramadhan, galeri di kawasan Jakarta Pusat itu menampilkan kegiatan seputar Ramadhan, beserta foto-foto aktivitas Ramadhan di Indonesia. Ada juga pemutaran film. Alhasil, kebersamaan Kami di malam-malam penuh intensitas itu, seakan merekatkan hubungan Kami. Hubungan? PD amat sih!

Aku sih lampu uda hijau, dianya masih kuning, hati-hati cenderung ragu kali ya..

Ehh di salah satu hari masih di galeri yang sama, masa dia kepincut sama salah seorang perempuan. Uda gitu Aku disuruh ngenalin, gimana pun caranya. Dalam hati, ya ngga mungkin lah.. Gue naksir sama lo kalii! Masa sih lo ngga sadarin gue.

Detik itu juga rasanya mau marah, ngamuk-ngamuk, masih dalam keadaan Jaim, sampai akhirnya dia berhasil berkenalan sama si Cewe dan bertukar nomor telepon.

Ohh Tuhann.. Ini badan, lutut rasanya lemas. Mau pingsan aja Tuhaann.. Dengan mata-kepalaku sendiri Aku menyaksikan kemesraan yang seharusnya untuk Aku. Apa maksud semua ini..

Malam itu Aku diboncengannya dengan dada yang begitu nyesak. Sementara dia berbunga-bunga. Malam itu Aku minta dia nganterin, pakai harus dan sedikit bentak. Mengiyakan sih, tapi matanya ngga lepas dari HP, berhubungan sama si cewe baru dan pake ngasi tau pula.

"Uda buru jalannya, uda malem nih. 
Ngga usah buka-buka HP. 
Nanti aja di rumah."

"Iya bawell.. Cemburu yaa.."


Dari belakang rasanya mau ngegebukin aja. Mulut komat-kamit. Tapi apa daya, cinta ya tetap cinta. Ngga bisa marah apalagi pura-pura.

Entahlah, ini bulan bahagia apa duka. Semenjak ketemu sama si cewe mas Arman berubah. Iya sih iya tetap ngajak ke galeri. Tapi tujuannya buat janjian ketemu di cewe. Haaa menyedihkann.. Gue jadi saksi pahit kesenangan kalian.

Dua-tiga kali mas Arman ketemu sama si cewe itu. Di hari ke... berapalah Aku lupa. Dari kejauhan Aku menemukan si cewe bersama seseorang, sambil berpegangan. Langsung aja Aku foto dan berencana manggil mas Arman. Tapii.. Sebelum sempat memanggilnya, mas Arman sudah berada di belakangku, kemudian si cewe memanggil.

"Armann" sambil tangannya mengayuh

Mas Arman mendatanginya masih dalam keadaan senang. Sebab saat itu si cewe sedang melepaskan gandengan, lalu memanggil si pasangan. Dari jauh Aku hanya berceloteh..

"Ya Allah... Cewe itu bukan jodohnya. Alhamdulillah..."

Gubrakkk, doa yang mengancam. Selang kemudian Arman terlihat diperkenalkan, setelah itu menghampiriku dengan wajah muram. Tak perlu kutanya, Aku sudah tau keadaannya. Mas Arman memutuskan untuk segera Kami meninggalkan Galeri. Padahal agenda yang Kami tuju baru akan dimulai.

"Balik yuk!"
"Lohh, kan baru mau mulai ini."
"Capek nih gue, ngantuk." sambil langkah seribu ke parkiran, narik tanganku

Adegan romantis sekelurahan, ealaahh cieee... Uhuiii...

Sepanjang perjalanan mas Arman diam tak seperti biasanya. Tak berminat juga Aku menanyakannya, kecuali jika dia yang memulai pembicaraan. Kemudian Kami berpisah di stasiun.

Mas Arman, begitu cepat dia naksir seseorang tanpa melihat siapa dia. Terlalu cepat mengambil langkan tanpa memperhatikan keadaan. Ngga taunya cewe bertunangan yang sudah mau nikah pekan depan.

Susah-susah sih nyari yang ngga keliatan. 
Ini yang di depan mata apa ngga  keliatan. 
Gue cinte dia kagak, ya mau apa? 
Padahal Kami seiya-sekata-serasa. 
Ya kalo cinta ngga kemana. Ditunggu aja, kali aja berubah cinta.

Setelah kejadian itu, mas Arman memutuskan untuk off sementara waktu. Aku pun tak mau mengganggunya. Dia butuh ketenangan hati. Tapi Aku siap menerima sandaranmu lohh.. *Ahaiii...


* Cinta Bersemi di Galeri *

Komentar