08 Nopember 2013
Tanpa berpikir terlalu panjang meski ini musim penghujan. Aku memutuskan ikut perjalanan ala backpacker menuju Teluk Kiluan Lampung Selatan. Tujuan khusus orang kebanyakan ya cuma satu, melihat lumba-lumba langsung di habitat aslinya.
Tanpa berpikir terlalu panjang meski ini musim penghujan. Aku memutuskan ikut perjalanan ala backpacker menuju Teluk Kiluan Lampung Selatan. Tujuan khusus orang kebanyakan ya cuma satu, melihat lumba-lumba langsung di habitat aslinya.
Sebab perjalanan yang dipilih bukan saat yang begitu tepat untuk melihat lumba-lumba bermuncullan, aku pun sudah siap "rela" kalau nantinya tak menjumpai si lumba-lumba.
Perjalanan dimulai 8 Nopember 2013 dan pulang di tanggal 10 Nopember. Perjalanan kami pun baru akan dimulai di Bandar Lampung. Maksudnya, dari total 11 orang peserta, nanti baru akan meeting point di Tanjung Karang, Bandar Lampung. Delapan orang dari Jakarta, sisanya dari Palembang.
Peserta Jakarta pun tak bersamaan, sebab masing-masing tidak punya waktu yang sama untuk berangkat rombongan.
Menuju Pelabuhan Merak
Awalnya, aku dan seorang teman ingin naik kereta Kalimaya menuju Merak, lalu melanjutkan perjalanan menunju Bakauheni dan ke Tanjung Karang. Namun satu hari menuju keberangkatan, ada dua peserta baru yang juga dari Jakarta. Dengan alasan aman berangkat malam seusai pulang kerja salah satu peserta, maka Kami memilih naik bus Damri.
Tak perlu repot jika naik Damri. Penumpang hanya start dari stasiun Gambir, bus langsung menuju Merak, kemudian masuk ke kapal Fery. Selama menyebrang, penumpang ke deck kapal, lalu naik bus lagi sampai di Tanjung Karang. Singkatnya, hanya duduk manis, jalan sedikit, sampai di Lampung.
Tapi tentu cost nya berbeda jika memilih ngeteng. Yakni dimulai dari terminal Kampung Rambutan menuju Merak, jalan kaki menuju penyebrangan, sampai di Bakauheni harus mencari kendaraan menuju terminal Rajabasa lalu melanjutkan ke Tanjung Karang, atau bisa juga langsung memilih travel. Nah di saat itulah tingkat kerawanan terasa. Bagaimana harus menghadapi "calo" atau penyedia jasa yang terlalu menggebu-gebu. Namun jika perginya banyak orang, ngeteng akan menjadi nyaman sentausa.
Penjalanan Damri dimulai pukul 22.00. Selama perjalanan, aku lebih banyak ngobrol dengan teman sebangku. Maklumlah, dengan teman ini lama tak berjumpa. Alhasil ribuan bahasan *lebay diperbincangkan selama perjalanan menuju Merak.
Dua jam berlalu, aku tidak merasakan ngantuk. Entahlah mengapa, apa mungkin begitu tak sabar menemui lautan dan lumba-lumba? Sementara partner sebangku terlihat begitu nyenyak. Sekitar 30 menit akan sampai di Merak aku mulai tertidur. Namun kemudian begitu antusias saat bus memasuki pelabuhan. Mata kembali segar.
Di dalam Kapal Fery
Kali ini tak begitu beruntung. Kapal yang Kami naiki biasa. Sebab ada beberapa kapal bagus yang bisa menyebrangkan ke Bakauheni. Yaa, PT ASDP (Asian Studies Development Program)sudah berbenah diri menambah armada kapal yang bagus-bagus lho.. Ya sudah nikmati saja.
Jajaran bangku serupa bangku bus kota langsung diserbu penumpang. Rata-rata mengambil lahan dua bahkan tiga petak untuk dapat selonjoran dan tidur. Kami pun begitu. Meski pada akhirnya Aku tak juga bisa memejamkan mata. Terlebih setelah seorang petugas yang memberikan demo penggunaan pelampung kemudian berjualan. Hahaha si bapak.. Lucu juga menawarkan dagangannya. Ada minyak angin, pisau multifungsi, sandal kesehatan, hingga salep serbaguna. Jadilah seisi ruangan cukup menikmati kehadiran si bapak sambil terpejam-pejam. Terlihat dari tidak sedikitnya orang yang membeli produknya.
Simulasi Bencana |
Selama perjalanan lumayan bisa tidur, namun tetap terbangun-bangun. Ditambah seorang penumpang di sebelah kanan yang barang bawaannya jatuh-jatuh sehingga mengagetkan. Begitu juga suara ngoroknya, haha ^^ Tapi mas-masnya lucuk (pake k), chuby-chuby gitu.. Uda gitu nengok ke arah kiri terus, sebab ternyata tidak mengenal partner sebangkunya. Dari situ Saya jadi pengin cubit-cubit, hahaha... *Intermezo
Bus melaju ke Tanjung Karang. Sekitar 1 jam perjalanan, kemudian bus berhenti di rumah makan. Toak (pemanggil) disuarakan mengajak penumpang turun, namun orang-orang lebih memilih tidur, hanya beberapa orang yang turun. Lalu perjalanan dilanjutkan.
Masih tetap mencoba memejamkan mata sebisanya, hingga akhirnya bus sampai di Stasiun Tanjung Karang. Jam menunjukkan pukul 5 lewat, lalu Kami menuju masjid terdekat. Shalat Subuh, membersihkan diri, setelah itu menemui rekan-rekan dari Palembang yang lebih dulu sampai di sini.
Bersambung menuju Teluk&Pulau ya.. Biar ngga kebanyakan bacanya.
Jakarta - Merak - Bandar Lampung
Paket Duduk Manis
Dari Gambir. Tiket Damri Rp.135.000 kelas bisnis, dapat roti&air minum segelas. Untuk tiketnya sendiri bisa beli langsung ke Gambir. Tapi jika mau aman bisa sehari sebelumnya, atau rentang lima jam menuju keberangkatan.
Ada tiga keberangkatan: 10.00, 20.00 dan 22.00
Ngeteng
Dari Kampung Rambutan naik bus menuju Merak. Banyak alternatif bus.
1. Ongkos bus Jakarta-Merak Rp.22.000 - 25.000 (tergantung bus)
2. Kapal Fery ke Bakauheni Rp.13.000. Beberapa kapal ada yang menyediakan fasilitas tambahan dengan menambah biaya.
3. Dari Bakauheni banyak alternatif bus menuju Rajabasa atau bisa memilih travel. Tapi saran saya, jika naik travel baiknya beramai-ramai biar ngga ngeri. Kalau sedikit orang naik bus saja. Ya atau tergantung keberanian. NB: hati-hati dan waspada banyak orang 'sok" kenal, alias nawarin jasa keberangkatan. Biaya bus Rp.20.000, travel sampai Tanjung Karang, kemungkinan Rp. 30.000 - 40.000
4. Jika memilih bus, sampai di Terminal Rajabasa. Melanjutkan perjalanan dengan angkot kecil menuju Tj. Karang. Dari Rajabasa menuju Tj.Karang masih sekitar 8 km, ongkos Rp.3.000
Dari keduanya, perbedaan ongkos hampir setengahnya. Nah tergantung mau pilih mana.
Ada lagi alternatif lain.
1. Kereta Kalimaya dari Tanah Abang ada dua keberangkatan: 9.30&16.15, tiket Rp.30.000 sampai Merak jarak tempuh dua jam. Selebihnya kendaraan yang sama dengan point 2.
Catatan perjalanan bersambung ya..
Komentar