Kali ini aku sangat bingung untuk memulai (lagi) menulisnya. Padahal ini sudah menjadi seperberapanya bagian dari hidup. Entah itu terselip, terlupa, tapi aku tidak pernah melewatkannya. Mungkin karena mulai dilupakannya. Yayaya... Bukan aku yang melupakannya, tapi dia yang menghilangkanku.
Apapun kebingungan kalian, tak perlu memahaminya. Cukup kalian ibaratkan, bagaimana rasanya saat kehilangan kata sayang kepada seorang terkasih, yang biasanya selalu terucap di hampir setiap waktu kalian? Rasanya itu menyakitkan, sementara lisan ini ingin sekali melontarkannya, tapi hanya tersimpan di dalam pikiran.
Itulah aku saat ini, sepertinya kata-kata yang setiap hari senantiasa menemani, kini sedang beterbangan mencari wujudku yang kuat menghadapi berbagai macam rintangan. Mungkin karena saat ini aku cenderung galau, maka ia tak mau menunjukkan wujudnya itu.
Sedih? Jangan. Teruslah menulis, dengarkan hatimu pikirkan tentang itu. Maka kau akan menuliskannya. Listen to your heart and thingking about it.
Komentar