Apa maksud judulnya? Kronologi yang unik atau aneh. Entah apa orang lain pernah juga mengalaminya. Diawali dari rencana perkenalan yang dicetuskan oleh tante, lalu diayakan si mama. Kakak beradik ini dengan niat baiknya untuk mengenalkan para jomblowan-jomblowati lho.. Sebab bukan sekali dua kali, ditambah saya terkena daftar pula. Baiklah.. Sekadar untuk mengenal dengan ngobrol-ngobrol biasa, mungkin bisa luar biasa. Itu yang awalnya saya bayangkan.
Beberapa hari sebelumnya
Tanpa bertanya mau atau tidak, langsung saja dibilang "tante kamu mau ngenalin ponakannya dari om ke kamu". Tanpa mengelak juga, aku hanya diam tidak pula mengiyakan. Setragis itukah??? Dengan usia yang pada masa lampau, mama saya sudah menikah di usia seperempat abad.
Hari H, Akhir Pekan, Hari terakhir di Pebruari 2013
Menjalankan arahan dari si mama, yang meminta untuk bersih-bersih rumah. Di sini, aku merasa seperti akan dijadikan pembantu atau ibu rumah tangga, yang harus bisa kerjaan rumah sampai ngurus segala macam, termasuk penghuni di dalamnya. Batin terdalamku pun bilang "Jawa benget" maklum, keluarga mama adalah Jawa, meski ngga Jawa banget karena kami tidak menjalankan Kejawen terkait peringatan atau kalender Jawa atau apapun yang berhubungan, tapi banyak hal yang seolah berkaitan dan dikaitkan. Misalnya, soal sopan santun cara mempersilahkannya orang Jawa dan tutur katanya. Jelas bukan aku banget. Jangan salahin juga, dari kecil sampai seperempat abad ini, di kelaurga memang tidak pernah diajari yang Jawa banget. Terlebih bapak juga bukan orang Jawa, beliau Sunda, tepatnya Indramayu, sebuah kota yang tidak terlalu besar dan familiat di telinga masyarakat.
Kembali ke perkenalan. Setengah delapan pagi semuanya sudah beres. Dalem rumah sampai ke kaca jendela dan pintu-pintunya, bahkan kursi ukiran yang tiap bagiannya dielap, juga teras depan dan luar. Pekerjaan rumah tangga selesai sodara-sodara, maka saya mandi dan bersiap. Ehh... Tak bagitu lewat dari jam 8 si tamu datang. Di saat aku merasa sangat kelaparan dengan perut yang perih serta kepala yang sangat sakit. Terpaksa, sarapan pun ditunda tanpa terisi makanan berat hanya secangkir teh, sungguh lapar dan melilit.
Perkenalan pun dimulai, setelah aku diminta menyajikan minuman, dan yang lainnya bergeser ke ruang tengah, dan meninggalkan kami di ruang tamu. Tanpa melepaskan bagaimana aku, ya dibawa sesantai mungkin dan setenangnya tanpa terasa harus ada apa-apa. Yap, aku yang memulai semuanya, diawali soal pekerjaan (daripada break ngga ada bahasan), ceritalah dia, selesai itu berhenti. Karena ngga mau ada jeda dan terkesan aneh. Tanya lagi apa kesibukannya di akhir pekan, hobi? Jawabannya tidak berisi "hanya di rumah aja istirahat". Heyyy (dalam hati) kesan pertama ngga menarik banget si.. Teruslah dari awal hingga akhir begitu, tak ada satupun yang ia tanya soal aktivitasku, hanya sempat di awal ada pertanyaan yang sangat "ngga banget" bertanya soal "sebenarnya Jurnalistik itu apa kerjaannya?" What's (dalam hati lagi) dia ngga tau? Ya Allah... Drop se drop drop nya.
Tak mau banyak berkomentar, pembicaraan jadi seputar dia bekerja, macam aku mewawancarai narasumber karena tidak ada tanya balik. Padahal di wawancara aja, narasumber masih suka bertanya soal wartawan. Haaa... Tak ada yang istimewa dari kandidat yang tante bilang kepada mama orangnya CAKEP. Aku tak begitu memerhatikannya, dan yang pasti jabat tangan kami yang pertama pun tak ada sinyal apapun, tak ada yang terasa istimewa seperti mereka yang pernah menjadi bagian dari cerita-ceritaku yang mengesankan. Seseorang yang hidup tanpa sosial media di tahun 2013, entah karena tidak mau atau apa, tak perlu aku menanyakannya.
Mungkin calon yang masuk kriteria si tante&mama dengan ke-Jawa-annya, tapi saya tidak. Yayaya, jadilah aku sudah selesai mewawancarai salah seorang calon pelamar. Kesan pertama tidak istimewa dan terlalu biasa. Selanjutnya, semuanya sudah jelas dan tak perlu ditanyakan lagi.
Syndrome mama ngeliat putri bungsunya uda seperempat abad belum ada hubungan khusus, membuatnya panik. Bukannya tidak mencari pula ko.. Tapi diperhatikan matang dan jauh ke depan, untuk hunbungan yang sangat serius dan selamanya. Jadi sabarlah, si pemilik tulang rusuk belum datang mencari dan meminta untuk aku memasangkannya kepada yang tepat. Siapa dia, Allah yang simpan jawabannya.
Kembali ke perkenalan. Setengah delapan pagi semuanya sudah beres. Dalem rumah sampai ke kaca jendela dan pintu-pintunya, bahkan kursi ukiran yang tiap bagiannya dielap, juga teras depan dan luar. Pekerjaan rumah tangga selesai sodara-sodara, maka saya mandi dan bersiap. Ehh... Tak bagitu lewat dari jam 8 si tamu datang. Di saat aku merasa sangat kelaparan dengan perut yang perih serta kepala yang sangat sakit. Terpaksa, sarapan pun ditunda tanpa terisi makanan berat hanya secangkir teh, sungguh lapar dan melilit.
Perkenalan pun dimulai, setelah aku diminta menyajikan minuman, dan yang lainnya bergeser ke ruang tengah, dan meninggalkan kami di ruang tamu. Tanpa melepaskan bagaimana aku, ya dibawa sesantai mungkin dan setenangnya tanpa terasa harus ada apa-apa. Yap, aku yang memulai semuanya, diawali soal pekerjaan (daripada break ngga ada bahasan), ceritalah dia, selesai itu berhenti. Karena ngga mau ada jeda dan terkesan aneh. Tanya lagi apa kesibukannya di akhir pekan, hobi? Jawabannya tidak berisi "hanya di rumah aja istirahat". Heyyy (dalam hati) kesan pertama ngga menarik banget si.. Teruslah dari awal hingga akhir begitu, tak ada satupun yang ia tanya soal aktivitasku, hanya sempat di awal ada pertanyaan yang sangat "ngga banget" bertanya soal "sebenarnya Jurnalistik itu apa kerjaannya?" What's (dalam hati lagi) dia ngga tau? Ya Allah... Drop se drop drop nya.
Tak mau banyak berkomentar, pembicaraan jadi seputar dia bekerja, macam aku mewawancarai narasumber karena tidak ada tanya balik. Padahal di wawancara aja, narasumber masih suka bertanya soal wartawan. Haaa... Tak ada yang istimewa dari kandidat yang tante bilang kepada mama orangnya CAKEP. Aku tak begitu memerhatikannya, dan yang pasti jabat tangan kami yang pertama pun tak ada sinyal apapun, tak ada yang terasa istimewa seperti mereka yang pernah menjadi bagian dari cerita-ceritaku yang mengesankan. Seseorang yang hidup tanpa sosial media di tahun 2013, entah karena tidak mau atau apa, tak perlu aku menanyakannya.
Mungkin calon yang masuk kriteria si tante&mama dengan ke-Jawa-annya, tapi saya tidak. Yayaya, jadilah aku sudah selesai mewawancarai salah seorang calon pelamar. Kesan pertama tidak istimewa dan terlalu biasa. Selanjutnya, semuanya sudah jelas dan tak perlu ditanyakan lagi.
Syndrome mama ngeliat putri bungsunya uda seperempat abad belum ada hubungan khusus, membuatnya panik. Bukannya tidak mencari pula ko.. Tapi diperhatikan matang dan jauh ke depan, untuk hunbungan yang sangat serius dan selamanya. Jadi sabarlah, si pemilik tulang rusuk belum datang mencari dan meminta untuk aku memasangkannya kepada yang tepat. Siapa dia, Allah yang simpan jawabannya.
Komentar