Bagaimana jika kau berpikir untuk pindah haluan? Dari seorang ahli seni ke ekonomi misalnya? Jauh berbeda ya.. Pikir-pikir, coba mengambilnya mungkin tak apa. Bisa saja ternyata, mungkin di bidang itu kamu bisa menguasainya juga, ada bakat terpendam nampaknya. Kali ini, aku mencoba peruntungan itu dengan gegayaan di modelling, hal yang sama sekali tidak aku sekali. Tapi kali ini, konsepnya Islami, memakai jilbab. Ya setidaknya dari situ mau mencobanya, meski di sisi lain, mungkin beberapa atau banyak pihak yang menilai tak boleh atau tak bisa ditolelir.
Terlepas dari banyak persepsi itu, bagiku bagaimana menyikapinya, dan mengerti akan konsekuensi dan segala aturannya, sebatas apa sampai di mana. Kemudian bisa muncul lagi anggapan lain, ya terserah bagaimana menilainya. Tak usah menilai yang terkesan menyudutkan. Insya Allah semua orang tau apa yang ia pilih dan lakukan, kecuali bagi mereka yang hanya coba-coba dan mengikuti tren, sadarlah, kembali pada jalan yang sesungguhnya, sesuai aturan dan perintah-Nya.
Sisi lainnya, menjadi seorang pebisnis kecil (awalnya) dan mampu jadi hebat. Mengerjakan sesuai yang diminati lebih ke hobi alias Passion. Banyak hal di sini, menyanyi, tukang dagang, mengarang bebas. Sayang semuanya masih setengah-setengah, bahkan ngga sampai setengah. Kenapa kubilang setengah-setengah, karena belum satu pun yang "terkena" yang mampu dijadikan ladang usaha. Seni? Aku suka itu, tapi mama nampaknya terlalu underestimate akan hal itu. Baginya dan juga keluarganya, pekerja seni bukanlah pekerjaan, bukan sesuatu yang diraih dengan sekolah dan pembelajaran.
Hah, anggapan yang terlalu ringan, jelas aku tidak menyetujuinya meski tak mau juga mengelakknya. Tanpa pekerja seni, televisi akan hampa, radio tak bersuara, bioskop sepi, cafe tanpa alunan live music, auditorium wisuda pun akan sepi. Seni pun bagian dari fungsi media, hiburan. Tak ada salahnya, kalau memang ada bakat dan kemampuan di sana, kenapa kacang, why nut?
Jadilah tanpa harus publish panjang lebar, aku berjalan pelan-pelan, sejauh ini masih dalam segi iseng, karena masih takut menyelaminya, baru sebatas menyeburkan diri, meraba-raba seberapa dalamnya. Dan sesungguhnya, aku mencari "pelatih" yang bisa membawaku ke sana, di mana dia, siapa dia? Aku memerlukannya, mendorong angan-angan berisiku yang masih kosong karena belum mendapat hasil secara konsisten. Keyakinan itu ada, tapi untuk yang satu ini, meski dengan do'a dan usaha aku belum mampu merealisasikannya sendiri. Kalau kau bilang itu perasaan saja karena belum mencobanya, entahlah, aku juga tak meyakinkan begitu. Yayaya, untuk "Pahlawan" penyemangat di sekitar yang belum diketahui kejelasannya, ditunggu di ruang inspirasi dan kreativitas tanpa batas : )
Terlepas dari banyak persepsi itu, bagiku bagaimana menyikapinya, dan mengerti akan konsekuensi dan segala aturannya, sebatas apa sampai di mana. Kemudian bisa muncul lagi anggapan lain, ya terserah bagaimana menilainya. Tak usah menilai yang terkesan menyudutkan. Insya Allah semua orang tau apa yang ia pilih dan lakukan, kecuali bagi mereka yang hanya coba-coba dan mengikuti tren, sadarlah, kembali pada jalan yang sesungguhnya, sesuai aturan dan perintah-Nya.
Sisi lainnya, menjadi seorang pebisnis kecil (awalnya) dan mampu jadi hebat. Mengerjakan sesuai yang diminati lebih ke hobi alias Passion. Banyak hal di sini, menyanyi, tukang dagang, mengarang bebas. Sayang semuanya masih setengah-setengah, bahkan ngga sampai setengah. Kenapa kubilang setengah-setengah, karena belum satu pun yang "terkena" yang mampu dijadikan ladang usaha. Seni? Aku suka itu, tapi mama nampaknya terlalu underestimate akan hal itu. Baginya dan juga keluarganya, pekerja seni bukanlah pekerjaan, bukan sesuatu yang diraih dengan sekolah dan pembelajaran.
Hah, anggapan yang terlalu ringan, jelas aku tidak menyetujuinya meski tak mau juga mengelakknya. Tanpa pekerja seni, televisi akan hampa, radio tak bersuara, bioskop sepi, cafe tanpa alunan live music, auditorium wisuda pun akan sepi. Seni pun bagian dari fungsi media, hiburan. Tak ada salahnya, kalau memang ada bakat dan kemampuan di sana, kenapa kacang, why nut?
Jadilah tanpa harus publish panjang lebar, aku berjalan pelan-pelan, sejauh ini masih dalam segi iseng, karena masih takut menyelaminya, baru sebatas menyeburkan diri, meraba-raba seberapa dalamnya. Dan sesungguhnya, aku mencari "pelatih" yang bisa membawaku ke sana, di mana dia, siapa dia? Aku memerlukannya, mendorong angan-angan berisiku yang masih kosong karena belum mendapat hasil secara konsisten. Keyakinan itu ada, tapi untuk yang satu ini, meski dengan do'a dan usaha aku belum mampu merealisasikannya sendiri. Kalau kau bilang itu perasaan saja karena belum mencobanya, entahlah, aku juga tak meyakinkan begitu. Yayaya, untuk "Pahlawan" penyemangat di sekitar yang belum diketahui kejelasannya, ditunggu di ruang inspirasi dan kreativitas tanpa batas : )
Komentar