Semakin hari, sosok itu tak terlepas darinya. Di setiap langkah, setiap waktu, di setiap keadaan yang membuat semuanya jadi semakin memberi tanda tanya. Ada apa? Apa yang membuat semua itu jadi begitu kuat? Apa itu yang di namakan cinta? Saat semua mampu mengalahkan satu. Terlalu berlebihan memang, dan itu tak boleh. Jadilah hening, namun hati ingin berontak, mulut menjadi kaku, tangan begitu lemas, kaki pun terhenti melangkah, pikiran jenuh menyimpan memori yang begitu banyak.
Semua makhluk memiliki cinta, cinta sesama kasih, saudara, teman dan keluarga. Cinta pun seolah tulus tak memilih kasta, golongan, suku, agama, RAS, namun adapun begitu. Tulusnya pun tak ternilai dan tak bisa pula diklasifikasikan. Semua mengalir begitu saja, namun ada saat harus menentukan. Saat memilih, mempertimbangkan, dan memberi nilai plus-minus, bahkan diskualifikasi.
Itu semua karena rencana kesempurnaan untuk masa depan. Bukan hanya satu-dua bulan, setahun sampai lima tahun, tapi selamanya, Aamien... Di situlah ada penilaian. Sisi keagamaan, sosialita, keluarga dan nilai-nilai pribadi, bukan hanya uang, rumah, kendaraan pribadi, tapi itu kebutuhan. Bukan berarti memilih-milih, tapi mencari yang seiring.
Seperti apa cinta kita yang memilih, bagaimana manisnya, kita yang rasakan. Cinta itu indah bila kita bisa mengindahkannya. Menjadi redup bila kita meredupkannya.
Komentar