Selatan-Pusat-Timur, macet semuanya... Entah Utara dan Barat Jakarta, apa kabarnya? Melipiran Jakarta, Tangerang Selatan pun ikutan macet. Oh Ibukota dan sekitarnya, begitu lelah kau menanggung rutinitas yang begitu sesak dan berkepanjangan, ruang gerak yang terbatas, nafas menjadi begitu sempit. Warga, tidakkah kau penat dengan semua ini?
Begitu banyaknya kendaraan melintasi jalur Ibukota, Pagi-Siang-Malam bahkan tengah malam pun, sorot lampu mobil dan motor masi saja menerangi jalanan. Bagiku ini menyakitkan dan menyesakkan. Terlebih saat hari kerja, waktu di mana semua orang ingin melepaskan lelah, harus berhadapan dengan kemacetan, klakson kendaraan, semua orang tidak mau kalah (ingin cepat sampai), kendaraan umum yang mencari penumpang (ngetem). Rasanya ingin teriak sekuat suara.
Tapiii, semua menjadi terasa tak penting. Toh pada kenyataannya, kemacetan bukan berkurang tapi bertamabah (itu yang aku rasa). Semakin banyak merk mobil dan motor baru, tentu pengaruhnya pada penjualan kendaraan bermotor, begitu banyak orang berpikir (motor) kendaraan paling efektif menembus kemacetan Ibukota. Yaaa... Mau bilang apa? Memang, uang-uang lo, lo yang beli lo yang ambil resiko, ngga peduli orang lain mungkin (padahal buat diri sendiri juga).
Apa ngga sadar, begitu banyaknya kendaraan memenuhi jalan Jakarta. Munculnya Trans Jakarta pun entah menjadi solusi atau tidak (karena masih juga sesak nunggu&di dalamnya), tapi cukup menjadi solusi. Juga dengan kereta api (tapi sekarang semakin padat). Mungkin banyak yang beralih ke moda ini, termasuk saya yang memang menjatuhkan pada kereta, daripada harus merasakan macet berjam-jam dari rumah-tempat kerja PP yang berjarak lebih dari 20 KM=setiap hari keluar kota. Kalau ngga naik kereta, bisa teriak-teriak merasakan macet yang bikin tambah cape badan walaupun duduk.
Kami (saya) mau tenang pergi-pergi di Ibukota. Masa tenang itu sangat dirasa ketika masa Idul Fitri sampai cuti bersama&seminggu ke depannya (karena masih ada yang cuti), juga saat Pemilukada kemarin (krn PNS libur) juga beberapa kantor yang meliburkan karyawannya (tapi saya cuti&belum ada konpensasi sampai sekarang). Daripada pusing, ribet mikirin semuanya&belum punya alternatif (solusi), bersolusi sendiri lah. Bagaimana caranya buat kemacetan itu tidak menjadi penyakit, tapi menyadari diri sendiri untuk berbuat bijak, dengan tidak mau menambah kemacetan.
Komentar