Berlayar ku tak henti mengikuti angin berhembus. Penuh tanya dan harapan, sampai di mana, sejauh apa, kemana aku akan berlabuh? Begitu kencangnya angin berhembus, membawaku pada satu tepian. Tepian tanpa tuan, entah siapa pemiliknya. Sejenak ku diam dan bertahan, bermaksud ingin mengetahui ada apa di sana? Apakah aku memang sepantasnya ada di sana.
Sebuah pelabuhan tak berpenghuni, hanya ada mereka yang kebetulan singgah dan bertahan, tapi bukan pelabuh sebenarnya. Mau apa? Hanya ingin mencari labuhan yang sepantasnya. Di mana aku bia menapak, membuka dunia baru, meluaskan, mengembangkan apa yang bisa diluangkan, menaruh nyawa di dalamnya.
Ia hidup, namun tak pernah sedikit pun mengeluh dan bercerita. Hanya tenang, mengikuti apa yang terjadi, bahkan mengalah untuk keadaan. Keadaan yang membuatnya berpikir dua-tiga hingga berkali-kali, akan pijakan yang telah ia tapaki. Salahkah, benar, suatu kesalahan, atau kebenaran yang mampu dibuktikan.
Di saat akau membutuhkan arah mata angin, angin pun berhenti berhembus, kompas tak jua menunjukkan arahnya. "Perahu" pun terdiam, tak menuju pada satu arah, namun ada dalam tatap matanya.
Terombang-ambing di lautan luas, mencari angin untuknya berlayar, menempati posisinya secara bijaksana. Mau dibawa kemana? Menunggu untuk datangnya angin hingga membawamu ke suatu tempat, atau mencari dayung untuk menepikkan "perahu" mu, dan akan kau dapati jawabnya. Mungkin menjadi suatu pencarian akhir.
Komentar