Kembali menjadi suci, it's mean Idul Fitri. Sebulan penuh Ramadan, menahan segala macam godaan dan ancaman, sampailah pada kemenangan. Saat berkumpul dengan keluarga, silahturahmi, mohon maaf atas kesalahan sengaja dan tak disengaja selama satu tahun ke depan, dan kesalahan yang terlupa/terlewatkan. Tradisi di keluarga, usai shalat Ied di tempat masing-masing, atau yang semalam sudah di tempat eyang, makan ketupat, dan sungkeman.
Hmm... Sungkeman, mungkin hanya tradisi Jawa? Entah saya belum tau. Jelasnya, momen sungkeman adalah saat berguguran air mata, mengingat dosa-dosa, meminta maaf sebesar-besarnya, untuk dibukakan pintu seluas-luasnya. Terima tak diterima, urusan Allah. Yang penting sudah meminta maaf.
Apa yang disimpuhkan? Mohon maaf, selamat Idul Fitri, dan minta segala rupa doa dan wejangan. Balasannya sama, plusnya: "mugi diparengi jodoh sing sholeh/solehah. Sing iso membangun keluarga (selebihnya saya ngga bisa translit) kira-kira intinya: semoga mendapat jodoh yang soleh/soleha yang bisa membawa kamu ke jalan Allah.
Yayaya... Nasihat orangtua itu tiada tara. Ridho orangtua Ridhonya Allah. Kalau orangtua meridhoi, Allah pun sama. Baelah orangtuaku, Bapak-ibu, nenek, semua nasihat menjadi petuah, semua doa&harapan menjadi langkah tak terhingga sampai pada waktunya nanti. Terimakasih telah membimbingku dengan caramu, meski mungkin tak senada rasaku, maafkan atas ego yang terlalu besar dan kuat, hingga mungkin menyakiti hati kalian.
Komentar