Pagi yang menyegarkan ketika matahari belum keluar dari persembunyiannya. Udara yang begitu segar tak berpolusi, angin yang tercium hembusan embun, kicau burung yang sibuk menyambut datangnya mentari, dan masi sedikitnya kendaraan umum juga pribadi berlalu lalang di jalan ibukota dan sekitarnya.
Semakin terang, kepadatan pun mulai mengisi. Saat semua kesibukan di mulai, rutinitas kerja, aktivitas, hingga mereka yang tak bekerja tapi ada di jalan, karena di situlah ia bekerja atau mencari pekerjaan.
Mereka yang mulai memanaskan kendaraannya untuk pergi kerja. Klakson kereta serta bunyi khas stasiun yang terus menerus terdengar. Orang-orang pun menunggu untuk menaiki kereta berikutnya.
Kereta, transportasi massal yang sungguh dinanti. Di dalamnya, terlihat kelompok warga yang nampaknya 1 kampung karena asiknya mereka ngobrol bahkan sampai tertawa-tawa. Sosok-sosok bermasker warna-warni untuk menghalaui debu atau asap rokok yang begitu mengganggu. Musisi bertongkat dengan kubus berirama. Pedagang makanan, pernak-pernik, penjual mainan, bahkan penjual pakaian ada di dalamnya. Melewati gerbong satu menuju gerbong lainnya.
Tak jauh berbeda di dalam bis kota. Musisi begitar di bis dalam kota, atau lelaki bershalawat dengan rebananya. Seorang anak usia 8 tahun dengan adik dalam gendongannya. Seorang ibu mengemis beserta anaknya, yang ternyata anaknya yang juga seorang ibu, memaksa ibunya untuk mengemis (begitu yang ku tau dari pedagang di pasar). Ketika mereka ada di jalan untuk mencari uang entah untuk makan atau hal-hal yang buat mereka penting.
Satu sisi aku melihat ini sebagai realita kemiskinan, kenistaan kah, atau kemalasan kaum minoritas. Kubilang ini miskin karena memintanya dia, nista begitu (maaf) merendahkan dirinya untuk mengemis, minoritas sebagai bagian yang dipandang bawah namun jumlahnya tak sedikit.
Aku hanya bisa melihat, mendengar dan merasakan ada mereka. Sebatas yang bisa kuberikan dan wajar juga tertentu. Tapi tidak untuk mengajarkan kemalasan pada mereka. Jakarta dengan aktivitas yang beragam, budaya yang mermacam-macam, manusia dengan banyak pandangan dan gagasan.
Komentar