Maaf dan Doa

Ketika mereka terbangun, aku masi tertidur pulas di atas kasur, berselimut garis, berbantal empuk juga guling membal. Ditambah saat hujan turun, semua menjadi terasa masih waktu tidur, didukung dengan korden di kamar yang berwarna gelap dan tak ada sedikit cahaya pun yang menyusup ke dalam ruang kamar.

Tersadar setelah tengkuk terasa berat, maka saat itulah waktu harus bangun karena terlalu lama tidur. Kemudian tersadar, semua telah terlewati, dan terlupa, Astagfirullah...

Maafkan ya Allah.. Aku lalai, dan melepas semuanya. Sesungguhnya aku ingin, sadar itu datang, dan menyentuh kelelapan. Tapi... Tak ada satupun yang menggubrisnya, dan semua seolah menjadi waktu yang terbalik, tanpa pernah menyadarinya.

Sadarku ini salah, ini bukan seperti yang dulu, yang sebelumnya. Tapi dunia ini belum berubah. Semua karena apa yang kau lakukan sendiri, bukan dunia yang mengubahmu secara langsung. Di luar faktor yang mempengaruhi, diri sendirilah yang mengubahnya.

Sejenak terdiam lalu tersadar, ini bukanlah seperti yang kemarin-kemarin lalu. Ingin kembali dan membawa yang baru dan baik. Itu semua untuk kebaikan diri sendiri juga semua yang membuatmu tersenyum dan sedih saat kau melupakannya.

Di sana ada kasih sayang, cinta, pengorbanan, dan berbagai mimpi dan harapan. Di balik usaha, jerih payah, serta doa yang kau panjatkan, ada restu orangtua serta ridho Tuhan yang menyertaimu. Ingatlah akan semua yang kau perbuat, bukan hanya untuk pribadi sendiri tapi juga mereka di sekitarmu.

Komentar