Demi Apa..?

Popularitas, kebanggaan, atau suatu tanggung jawab?
Kalau semuanya dikerjakan dari hati, akan menjadi sesuatu yang berarti.
Tak perlu dokumentasi, tapi adanya di hati.

Terserah orang mau berkata apa, atas apa yang mereka tidak tau.
Bahwa semuanya berjalan dengan sebaik-baiknya, sesuai aturan, dan porsinya masing-masing. Di sini memang manusia yang menilai, tapi Tuhan punya catatan sesungguhnya. Catatan sebenar-benar, dan terbaik.

Terkadang menjadi suatu momok, saat tak ada orang yang percaya dengan apa yang kita maksudkan. Lalu mau bagaimana? Kita tak bisa memaksakan, tak juga meminta untuk menerima. Meski mungkin rasanya menyesakkan.

Tuhan tau semuanya, Tuhan bisa menguatkan, Tuhan juga mampu meruntuhkan. Menguatkan jiwa yang rapuh, meruntuhkan "tembok" yang kokoh.
Ketika Tuhan sedang dibutuhkan, di situ ada kedekatan. Namun terkadang lengah, saat manusia lupa, dan sedang merasa senang.

Khilaf...

Sepatah dua patah kata, berlembar, bertumpuk, berkata-kata hanya untuk memohon kepada-Nya, berharap akan suatu jawaban penantian, hanya Engkau yang tau. Manusia sabar menunggunya, berharap dengan segala upaya, meski jawaban itu tak seketika datang.

Saat di mana aku menunggu, jawab Mu pun tersirat, dalam hari-hari yang masih kau berikan untukku. Dari situlah aku menghargai hidup. Dengan kasih, cinta, dan doa dibalik harapan serta usaha. Aamien...

Sadarkan saat aku terpejam, ingatkan waktu aku lupa, tegaskan bila keliru, maafkan jika salah. Demi apa? Sebuah pertanyaan dengan jawaban yang misteri.

Terimakasih Tuhan...

Komentar