Setelah jadwal rutin berada di TKP, alias luar ruangan. Minggu lalu "jaga kandang", alias di dalam ruangan. Kerjanya... Ngecek semua tim yang berangkat ke TKP, apa yang diliput, sampai mana, apa materi yang mau dibuat, mengerjakan susunan materi, runtutan materi dari durasi, kelengkapan judul&nama de el el. Terlihat jauh lebih meribetkan, namun banyak hal bisa tergali di sini.
Sang penonton, mungkin taunya bagaimana berita itu tayang di televisi. Ngga mau tau siapa yang membuat, gimana ribet dan sulitnya, apalagi proses pembuatan. Sementara tim di belakang layar sesegera mungkin menyajikan yang terbaik di setiap pekerjaan. Perkara salah sekali-sekali itu wajar (mungkin lelah). Tapi tak patut jika berulang. Dari situ ada namanya evaluasi. Kesalahan, kekurangan apa yang mesti diperbaiki, ditambah atau dikurangi.
Setiap hari adalah belajar, tidak ada yang sama dalam materi. Prosesnya yang sama, dan itu dipelajari. Jadi bisa dimengerti dan dipahami, realisasinya pasti. Belajar sekali, kedua kali mengerti, ketiga seterusnya memahami dan merealisasi. Kesalahan bukan untuk disalah-salahkan. Tapi diberitau mana kesalahannya, apa yang perlu direvisi, ditegur pun boleh, tapi beralasan.
Dalam posisi itu, segala kemungkinan bisa terjadi. Entah tim yang mungkin kurang kompak sehingga ada kesenjangan, yang berdampak pada hasil yang kurang maksimal. Komunikasi yang kurang tersusun dan terarah dengan baik, termasuk dari bagian yang seharusnya mengontak tim lapangan. Bukan sekadar taunya jadi, yang penting ada, tapi materinya "berantakan".
Sabar... Itu kata yang sudah di luar hati. Rasanya sudah mentah-mentah sampai matang merasuk dalam diri.
Saat ketika aku belajar, di situ dibutuhkan adanya orang-orang yang selayaknya bisa membimbing dan mengarahkan, bukan yang hanya bisa menyalahkan, apalagi ngomong di belakang, umpat-umpatan. Semua orang pintar di bidangnya, ya tunjukkan, ajarkan. Jangan merasa senior lantas semaunya, merasa lebih "wah". Hati-hati, macam itu mungkin saat ini berada di posisi puncak. Tapi kalau salah celah, bisa-bisa orang sekitar malah akan menjatuhkan.
Walau dia pikir memegang "kunci kemenangan" tapi kami lebih tau bagaimana. Semutakhir, sehebat apa. Buang jauh-jauh kesenioritasan tak berarti. Tapi kami kalian tak menjadi apa-apa (bukan sombong, tapi fakta).
Jadilah mempelajari apa itu produksi. Materi mentah yang dimatangkan, diberi pelengkap dan disajikan, setelah itu dinilai, penilaiannya kembali ke tim. Sesibuknya tim mengolah dan menyajikan materi semenarik mungkin. Kalau di saluran Nasional, kemenarikan itu akan berdampak pada minat penonton, lalu berpengaruh pada rating.
Pekerjaan mengecek tim lapangan, materi apa yang mau ditayangkan, sudah seberapa jauh proses, menjadi tanggung jawab saat ini. Pelan-pelan, bagian demi bagian terisi dan lengkaplah. Bersama dua orang lainnya, yang terbagi dengan tugas masing-masing, lalu disatukan, jadilah siar. Pekerjaan ini serius, teliti dan hati-hati. Terkadang senyum terasa sangat sulit dan berat, saat jiwa merasa tak tenang dan kurang bersahabat dengan keadaan.
Bisa dibilang, kondisi mood-mood-an (mut-mut-an), tapi cukup sementara waktu, dan belajar dari kesalahan dan keadaan. Semua itu proses pembelajaran. Bimbing ketika mempelajarinya, ajari saat sedang berjalan, tegur perlahan jika ada kesalahan, ekspresikan saat ia membuat kebenaran dan kerapihan atas pekerjaannya. Semua pun akan tersenyum dan senang. Pekerjaan akan terasa menyenangkan ^_^
Sang penonton, mungkin taunya bagaimana berita itu tayang di televisi. Ngga mau tau siapa yang membuat, gimana ribet dan sulitnya, apalagi proses pembuatan. Sementara tim di belakang layar sesegera mungkin menyajikan yang terbaik di setiap pekerjaan. Perkara salah sekali-sekali itu wajar (mungkin lelah). Tapi tak patut jika berulang. Dari situ ada namanya evaluasi. Kesalahan, kekurangan apa yang mesti diperbaiki, ditambah atau dikurangi.
Setiap hari adalah belajar, tidak ada yang sama dalam materi. Prosesnya yang sama, dan itu dipelajari. Jadi bisa dimengerti dan dipahami, realisasinya pasti. Belajar sekali, kedua kali mengerti, ketiga seterusnya memahami dan merealisasi. Kesalahan bukan untuk disalah-salahkan. Tapi diberitau mana kesalahannya, apa yang perlu direvisi, ditegur pun boleh, tapi beralasan.
Dalam posisi itu, segala kemungkinan bisa terjadi. Entah tim yang mungkin kurang kompak sehingga ada kesenjangan, yang berdampak pada hasil yang kurang maksimal. Komunikasi yang kurang tersusun dan terarah dengan baik, termasuk dari bagian yang seharusnya mengontak tim lapangan. Bukan sekadar taunya jadi, yang penting ada, tapi materinya "berantakan".
Sabar... Itu kata yang sudah di luar hati. Rasanya sudah mentah-mentah sampai matang merasuk dalam diri.
Saat ketika aku belajar, di situ dibutuhkan adanya orang-orang yang selayaknya bisa membimbing dan mengarahkan, bukan yang hanya bisa menyalahkan, apalagi ngomong di belakang, umpat-umpatan. Semua orang pintar di bidangnya, ya tunjukkan, ajarkan. Jangan merasa senior lantas semaunya, merasa lebih "wah". Hati-hati, macam itu mungkin saat ini berada di posisi puncak. Tapi kalau salah celah, bisa-bisa orang sekitar malah akan menjatuhkan.
Walau dia pikir memegang "kunci kemenangan" tapi kami lebih tau bagaimana. Semutakhir, sehebat apa. Buang jauh-jauh kesenioritasan tak berarti. Tapi kami kalian tak menjadi apa-apa (bukan sombong, tapi fakta).
Jadilah mempelajari apa itu produksi. Materi mentah yang dimatangkan, diberi pelengkap dan disajikan, setelah itu dinilai, penilaiannya kembali ke tim. Sesibuknya tim mengolah dan menyajikan materi semenarik mungkin. Kalau di saluran Nasional, kemenarikan itu akan berdampak pada minat penonton, lalu berpengaruh pada rating.
Pekerjaan mengecek tim lapangan, materi apa yang mau ditayangkan, sudah seberapa jauh proses, menjadi tanggung jawab saat ini. Pelan-pelan, bagian demi bagian terisi dan lengkaplah. Bersama dua orang lainnya, yang terbagi dengan tugas masing-masing, lalu disatukan, jadilah siar. Pekerjaan ini serius, teliti dan hati-hati. Terkadang senyum terasa sangat sulit dan berat, saat jiwa merasa tak tenang dan kurang bersahabat dengan keadaan.
Bisa dibilang, kondisi mood-mood-an (mut-mut-an), tapi cukup sementara waktu, dan belajar dari kesalahan dan keadaan. Semua itu proses pembelajaran. Bimbing ketika mempelajarinya, ajari saat sedang berjalan, tegur perlahan jika ada kesalahan, ekspresikan saat ia membuat kebenaran dan kerapihan atas pekerjaannya. Semua pun akan tersenyum dan senang. Pekerjaan akan terasa menyenangkan ^_^
Komentar