Pagi ini cerah, secerah diri bangun pagi, bangkit dan beranjak pergi setengah berlari. Jam menunjukkan kurang dari 20 menit dari jadwal kereta, sementara prediksi macet tak bisa dihindari. Jalan pagi itu menyehatkan, tapi tidak untuk terburu-buru sebelum terlambat datang kereta, haha ^^ Positif juga, olahraga.
Pengorbanan itu pun tak sia-sia. Kereta masi bisa dituju, meski sedikit terasa lelah setelah berjalan cepat. Beban yang dibawa juga cukup padat. Tepi pelan-pelan tapi pasti, sambil bernyanyi-nyayi.
Pagi ini kereta tidak terlalu sesak. Masih ada ruang untuk melangkah jauh. Geser-geser-geser, sampailah di posisi tengah. Beruntung pagi ini tanpa acara mengantuk, karena posisi yang kurang memungkinkan untuk bersandar pada tangan sendiri. Sepanjang perjalanan, pemandangan sekelompok pria yang tidur terlihat nyaman (mereka). Mungkin perjalanannya sangat jauh.
Sampailah ditujuan akhir, bergeser angkutan umum lagi. Duduk di posisi paling dekat pintu terasa strategis, karena bisa dengan mudah bergeser untuk turun. Tapi... Pagi ini... Radius 5 meter sudah siap untuk turun, entah kenapa ada mba-mba baru naik bis, dan memalang langkah saya. Alhasil bis belum menurunkan saya, sampai kondektur pun mengetuk pintu dengan koin, dan si mba masih juga memalang, sampai kuteriakkan: "PERMISI MBA...!" Mba itu pun baru menyadarinya: "maaf-maaf mba..." Entah melamun atau kenapa si mba? Haha ^^
Menapaki ruang redaksi terasa begitu sepi. Hanya dua orang yang terlihat di ruang tengah, dan tiga orang di ruang penyimpanan alat. Segera menuju "papan misteri" begitu sebutan kami pada papan tulis putih berisi jadwal. Di situ tertulis jadwal yang dismskan kepadaku, namun dengan juru tulis yang berbeda, lho? Saya jadi bingung? Menunggulah, hingga akhirnya dipindah jadwal karena waktu pada jadwal yang tertulis sudah berlalu.
Acaranya tidak terlalu jauh, tapi ini menunggu. Yayaya... Mari kita tunggu. Selang sekitar 30 menit kemudian, acara yang tertutup dan dibutuhkan wawancara saja pun usai. Bangkit dari duduk-duduk santai, pasang mik, hajarrr... Begitu juga dengan tim lainnya. Dua puluh menit berlalu dan selesailah. Beruntung juru kamera saya berbadan tinggi, sehingga lengannya mampu menerjang kerumuman dari arah atas, meski katanya, ia terasa pegal, hehe, sama, saya juga terlalu jauh menyanggah mik.
Usai wawancara, tanpa sengaja, aku pun bertemu teman satu almamater yang satu profesi di media online. Banyak informasi darinya, tentu bisa kugali yang diperlukan. Selesai semua, jug apengambilan gambar di luar gedung, bertolaklah ke redaksi dengan berjalan kaki.
Dari perjalanan hari ini, dua ide didapat, semua pun usai di jam 17, barulah makan siang kesorean menuju lantai dua (pusat makanan). Di situ pun dari berdua, bertiga, berempat, sampai bertujuh tak sengaja menyatu. Makan dan mengobrollah soal kerja kami ini. Banyak hal... Sore ini pun sudah terasa senggang. Ada waktu untuk ngubrul-ngubrul bersama kawan-kawan.
Pengorbanan itu pun tak sia-sia. Kereta masi bisa dituju, meski sedikit terasa lelah setelah berjalan cepat. Beban yang dibawa juga cukup padat. Tepi pelan-pelan tapi pasti, sambil bernyanyi-nyayi.
Pagi ini kereta tidak terlalu sesak. Masih ada ruang untuk melangkah jauh. Geser-geser-geser, sampailah di posisi tengah. Beruntung pagi ini tanpa acara mengantuk, karena posisi yang kurang memungkinkan untuk bersandar pada tangan sendiri. Sepanjang perjalanan, pemandangan sekelompok pria yang tidur terlihat nyaman (mereka). Mungkin perjalanannya sangat jauh.
Sampailah ditujuan akhir, bergeser angkutan umum lagi. Duduk di posisi paling dekat pintu terasa strategis, karena bisa dengan mudah bergeser untuk turun. Tapi... Pagi ini... Radius 5 meter sudah siap untuk turun, entah kenapa ada mba-mba baru naik bis, dan memalang langkah saya. Alhasil bis belum menurunkan saya, sampai kondektur pun mengetuk pintu dengan koin, dan si mba masih juga memalang, sampai kuteriakkan: "PERMISI MBA...!" Mba itu pun baru menyadarinya: "maaf-maaf mba..." Entah melamun atau kenapa si mba? Haha ^^
Menapaki ruang redaksi terasa begitu sepi. Hanya dua orang yang terlihat di ruang tengah, dan tiga orang di ruang penyimpanan alat. Segera menuju "papan misteri" begitu sebutan kami pada papan tulis putih berisi jadwal. Di situ tertulis jadwal yang dismskan kepadaku, namun dengan juru tulis yang berbeda, lho? Saya jadi bingung? Menunggulah, hingga akhirnya dipindah jadwal karena waktu pada jadwal yang tertulis sudah berlalu.
Acaranya tidak terlalu jauh, tapi ini menunggu. Yayaya... Mari kita tunggu. Selang sekitar 30 menit kemudian, acara yang tertutup dan dibutuhkan wawancara saja pun usai. Bangkit dari duduk-duduk santai, pasang mik, hajarrr... Begitu juga dengan tim lainnya. Dua puluh menit berlalu dan selesailah. Beruntung juru kamera saya berbadan tinggi, sehingga lengannya mampu menerjang kerumuman dari arah atas, meski katanya, ia terasa pegal, hehe, sama, saya juga terlalu jauh menyanggah mik.
Usai wawancara, tanpa sengaja, aku pun bertemu teman satu almamater yang satu profesi di media online. Banyak informasi darinya, tentu bisa kugali yang diperlukan. Selesai semua, jug apengambilan gambar di luar gedung, bertolaklah ke redaksi dengan berjalan kaki.
Dari perjalanan hari ini, dua ide didapat, semua pun usai di jam 17, barulah makan siang kesorean menuju lantai dua (pusat makanan). Di situ pun dari berdua, bertiga, berempat, sampai bertujuh tak sengaja menyatu. Makan dan mengobrollah soal kerja kami ini. Banyak hal... Sore ini pun sudah terasa senggang. Ada waktu untuk ngubrul-ngubrul bersama kawan-kawan.
Komentar