Muka Dua

Baru kuingat. Kali kedua terbangun telat di Idul Adha.. Haha ^^ Ketika kemarin, takbir begitu megah memanggil-Nya, aku masi tertidur dan terbangun hampir terlambat. Hahaha, anak nakal! Dan karena keterlambatan itu, jadilah shalat Ied di luar masjid. Tapi kali ini lebih dari sebelumnya, di jalan #TerimaNasib haaa...

Yaya, beralih hari ini, ada apa...?
Pagi-pagi sekali awal pekan bukan seperti yang kutunggu-tunggu. Rasanya mata ini masih ingin terpejam, menarik selimut bergaris setinggi-tingginya. Tak mau menemui hal-hal tak mengenakkan, semua yang membuat kesal atas suatu keadaan.

Menyerahhh, dan bersegeralah, bersiap menerima "sesuatu". Tapi aku masih menyempatkan, sekadar memutari kawasan pasar, merasakan keramaian, melihat-lihat aneka jualan. Seolah ini membuang-buang waktu, untuk melewatkan hal yang tak menenakkan nanti -_- Berkirim kabar dengan teman SMA, kabarku tentang ibukota, akan tempat kerja, dan semua kisah di sana. Entah tak ada senyuman untuk sedikit, yang ada hanya cerca, dan cela.

Ketika "mereka" menjadi bagian dari komensalisme dan parasitisme, palsu kalian semua. Damn! Penyakit yang tak juga kau sembuhkan, terus saja menyimpannya. Rasanya bukan hanya ingin teriak, menca'-menca' marah. Mungkin ini suatu kesalahan. Tuhan... Engkau Maha Penunjuk langkah, pemberi bahagia, pengusir duka, Aamien...

Kalau saat ini aku bertahan, itu karena kekuatan pesan. Biar mereka mau berbuat apa dan bagaimana, kejujuran tetap memenangkan semuanya. Suatu saat nanti, "makhluk2" pengejar harapan dan angan-angan, mati perlahan menerima kesakitan.

Komentar