Saat Aku Sakit

Mau cerita tentang sakit yang baru saja Aku alami, yang baru disadari setelah hampir satu minggu setelahnya. Alhamdulillah Allah SWT masih memberikan Aku waktu. Demam Berdarah terjadi tanpa disadari, demam tinggi, dan mereda seolah sembuh, lalu demam lagi.
Waspada dengan penyakit ini ya...
Dari tormbosit drop 76 ribu (normal 150 ribu), sebelumnya pasti lebih drop tapi Alhamdulillah tidak apa-apa, naik ke 162 ribu, terakhir 220 ribu.

Catatan hariannya memang banyak, terimaksih untuk yang membacanya ^_^
Sinopsisnya, tanggal 5-9 Maret masa sakit, 11 Maret-13 Maret seolah sembuh (pas tanggal 12 Maret naik sepeda ke Ciputat), 14-17 Maret 2009 masa sakit hingga penyembuhan (14 Maret nyuci baju sendiri).
Tanggal 20 Maret ada peristiwa unik di RS. Selamat menelaah cerita di bawah...

1. Kamis, 5 Maret 2009
Kondisi badan masih baik-baik saja hingga sore. Sehabis magrib tiba-tiba mulai berasa tak enak. Prediksi pertama, masuk angin (penyakit seringan), kali ini akibat kurang tebal memakai jaket, padahal sudah dipilih yang paling tebal. Malamnya, masih sempat mengerjakan tugas dan ngedit foto sampai jam 01.30 dengan kondisi badan yang makin tidak enak. Setelah itu langsung tidur.

2. Jumat, 6 Maret 2009
Kuliah seperti biasa, sampai jam 11.30 lalu meninggalkan kampus. Tiga puluh menit kemudian sampai di rumah. Masuk kamar, dan tiba-tiba merasa mengantuk, tertidurlah. Sekitar 30 menit tertidur, lalu mencoba beranjak dari tempat tidur, dan... Kepala sangat terasa sakit, berat. Kondisi ini terasa sampai sore, kemudian mereda. Sehabis Magrib perlahan sakitnya hilang. Nonton TV sampai jam 20.00, kemudian kembali lagi ngetik di depan komputer. Saat itu kondisi badan sesungguhnya sangat tidak enak, tapi masih juga ber-SMS-an dengan teman kelas, sambil bercanda pula. Hingga jam 24.00 lewat, dan teparlah. Satu hal, malam itu sambil mempersiapkan pergi ke Bandung besok.

3. Sabtu, 7 Maret 2009
Bangun tidur badan makin berasa tidak enak, tapi mencoba bertahan, karena takut ini hanya sugesti saja. Yang janggal adalah, ketika badan menyentuh air, semuanya jadi terasa dingin, apalagi saat membasuh kepala, yang setelahnya menjadi sangat sakit. Masih sempat juga mencuci pakaian. Sekitar jam 08.00 berangkat menuju Duren Sawit. Di dalam mobil makin merasa tidak sehat, kepala sangat berat, demam dashat. Sepanjang perjalanan hanya tidur saja.
Sampai di Duren Sawit makin menjadi. Demam semakin panas, dan akhirnya berbaring berlapiskan selimut. Hingga Zuhur makin menjadi, pertanyaan yang muncul adalah... Apakah melanjutkan pergi ke Bandung, ataukah membatalkannya. Pilihan terbesar adalah tetap pergi, karena khawatir, kalau di rumah malah tidak ada yang merhatiin, sebab Mama ke Bandung.
Waktu makan siang, demam makin menjadi. Sehabis makan, lalu minum obat, dan tiba-tiba keluarlah semua. Dikeroklah sama Mama, badan merah semua, prediksi masih masuk angin. Segala macam air, dari air putih sampai air jeruk diminum, guna menurunkan demam dari urine yang terbuang. Jam 13.30 meninggalkan Jakarta dengan kondisi tidak sehat. Perjalanan Jakarta-Bandung macet total, perbaikan jalan di tol Cikampek, ditambah lagi ini liburan panjang hingga Senin. Berusaha bertahan, tapi setiap memikirkan sesuatu, semuanya jadi terasa menyakitkan kepala. Berusaha memejamkan mata tapi sulit, badan makin terasa drop, tiba-tiba saja menggigil dashat setelah dari rest area, tanpa diketahui siapapun di dalam mobil, dan sangat cape.
Lima jam kemudian sampai di Bandung, yang terpikir adalah membaringkan badan sesegera mungkin. Saat itu masih sempat membersihkan diri, makan malam, minum obat dan tiduran dengan masih menyempatkan nonton Happy Family, Me VS Mom, Indra Bekti VS Mamanya. Makin merasa tidak kuat, dan tidurlah berselimut ekstra. Tapi sangat tidak merasa nyenak hingga esok Subuh.

4. Minggu, 8 Maret 2009
Tidak terlalu sakit tapi demam semakin menjadi. Mulai meminum antibiotik+obat demam, dan tiduran. Rencana jalan-jalan musnah semua. Tidak sanggup melakukan apa-apa hingga malam harinya, hanya terbaring sambil nonton tv dan tidurlah. Dikerok lagi, dan merah semua serta pegal-pegal. Makin tidak nyenyak, badan terasa panas dari dalam.

5. Senin, 9 Maret 2009
Merasa enakan, tapi... Entah hanya bayangan atau apa, di kaki muncul bintik-bintik merah yang menutupi hampir seluruh batas dengkul, tapi aku tidak mencurigai apa-apa. Sehabis Zuhur siap-siap untuk pulang ke Jakarta, kondisi makin sehat, dan sempat ikut mendorong mobil. Di dalam mobil sampai Jakarta juga tidak merasa sangat berat, hanya sedikit lelah saja. Sampai di Jakarta jam 20.30, keseluruhan sehat-sehat saja, masih sempat mandi, lalu istirahat.

6. Selasa, 10 Maret 2009
Demam lagi, semuanya terasa sakit dan berat. Minum obat+madu, air putih yang banyak dan tidurlah, keringetan dashat, sehingga meredakan demam. Saat itu, entah kenapa memikirkan apabila aku akan "pergi" saat itu. Kuputuskan untuk tidak kuliah karena kondisi tak memungkinkan. Tidur segera.

7. Rabu, 11 Maret 2009
Jam 3 pagi. Membangunkan badan dengan beratnya. Minum obat, madu dan air yang banyak. Kondisi badan cukup membaik hingga siang, dan kuliah sorenya. Tapi yang dirasakan, badan seolah ringan, dan apapun terlihat memusingkan. Saai ini bintik-bintik merah masih ada di kaki.

8. Kamis, 12 Maret 2009
Bintik-bintik merah makin jelas di tangan dan kaki. Mau periksa ke klinik Syahid tapi lupa membawa bukti pembayaran. Kuliah tapi tidak merasa nyaman. Masih memikirkan hunting foto buat tugas besok. Sampai di rumah cari foto, lalu pergi ke Ciputat nyetak foto naik sepeda, dashatnya. Kondisi fisik baik-baik saja, tapi di dalam semuanya tidak enak, sakit...

9. Jumat, 13 Maret 2009
Bangun pagi terasa sangat berat di kepala. Kuliah, tapi lagi-lagi semuanya hampa. Selasai jam kuliah, kuputuskan untuk pergi ke klinik Syahid. Berhubung gerbang UIN digembok, alhasil bersama teman-teman kelas manjat tembok BNI, dashat banget... SMS masuk, menyuruh beli lauk buat di rumah, coz Mama baru pulang dari RS, berobat. Jam 12.30 baru ke Klinik, ditemani Lisa Mayaselli. Nungguin dokter yang cukup lama, hampir satu jam. Periksa sebentar, lalu disuruh ke laboratorium karena dugaan aku dengan bintik-bintik merah. Satu hal, diambil darah pasti bersangkut-paut dengan jarum, tapi... Demi mengetahui semuanya. Di RS dari jam 12.30-15.30, dan hasilnya diketahui, bahwa trombosit turun, dari normal 150.000-450.000 menjadi 76.000 positif DBD, hampir setengah dari normal, dan dokter menyuruh untuk rawat inap agar diinfus, sebelum jam 18.00, Ya Allah... Haruskah?
Sampai di rumah menunjukkan hasil lab, dan bingunglah. Mau rawat inap, tapi takut enggak ada yang merhatiin karena Mama juga lagi sakit. Keputusan untuk tidak rawat inap. Bermacam obat dan air diminum. Mulai dari jambu biji, sari kurma, angka yang rasanya enggak enak+air putih sebanyak-banyaknya sampai kembung, dan istirahat. Setiap kali bangun tidur, kepala sangat terasa berat.

10. Sabtu, 14 Maret 2009
Bangun pagi dengan kepala makin terasa sakit. Minum air banyak biar tidak kehilangan cairan. Hari ini pun masih sempat mencuci pakaian yang sangat banyak dari pergi ke Bandung minggu lalu, dahsyat banget… Kebetulan juga, DBD yang aku alami tidak diikuti dengan kondisi fisik yang drop, tapi di dalam tubuh drop banget. Seharian terus penuhin cairan tubuh, minum obatnya (angka, jambu biji), dan istirahat.

11. Minggu, 15 Maret 2009
Ortu ngecek kondisi terkini, sakit kepala masih terasa. Sehabis mandi dan makan, siapin baju untuk persiapan kalau harus inap di Rumah Sakit. Baju, mukena, selimut, alat mandi, dan “obat2an muka” wajib dibawa, biar sakit mesti tetap fresh. Jam 11 berangkat ke Klinik Syahid sama Bapak, dan langsung masuk ke IGD buat diperiksa. Udah aja gitu, perawat cowok langsung bilang…
Perawat: Diinfus ya…
Aku: Haa… “Ini ni, alasan enggak mau ke RS, diinfus! “
Perlahan pembuluh darah dicari…
Perawat: kalau takut jangan dilihat, enggak sakit kok..
Aku: pertama kali ni… Sambil melihat proses jarum hampir ditusukkan, tapi enggak mau lihat lagi, sampai… aww… Jarum pun menembus.

Sesaat setelah diinfus

Tangan gemetar, aliran infusnya terasa… Sakitnya, tapi nggak sampai buat nangis kok..

Bapak daftar rawat inap. Dokter jaga IGDnya meriksa. Sedikit informasi, dokternya keren, putih gitu… Dita…! Lagi sakit masih aja gitu… Pas dokternya meriksa, tangannya dingin banget, tadinya sempat mau ngeledekin, enggak jadi de… Setengah jam kemudian ke kamar inap, pakai kursi roda, trus Bapak pulang.
Satu kamar bertiga, dan ternyata dua orang lainnya hari ini keluar. Yang satu sehabis makan siang, satunya lagi malam. Wa… Aku sendirian di kamar, orang rumah juga enggak ada, Bapak dan Mas Wahyu datang pas sorenya. Sudah jam 21.30, tv masih nyala, mau dimatiin manggil suster tapi enggak datang. Mau nekat naik kursi dan matikan tv, tapi pas banget tau-tau susternya datang.
Suster: sendirian?
Aku: iya
Suster: hati-hati ya…
Aku: iihh…
Mau tidur tapi infus sakit banget euy… Udah gitu denger suara tangisan bayi, jadi mikir macem-macem. Jam 22.30, datang dua orang. Ternyata dokter dan perawat cowo. Diperiksalah, dokter yang merawatku keren juga ni… Hihi…
Kawan-kawanku ku SMS, sambil menghabiskan bonus SMS, dan mengurangi kesendirian hingga jam 23, lalu tidur. Sontak aja mereka kaget semua…

12. Senin, 16 Maret 2009
Jam 3 pagi, suster datang untuk ganti infus, otomatis terbangun, sakit kepala sudah mulai berkurang. Sebelum Subuh ada pasien inap baru, seorang ibu dengan keluarganya, kamar pun jadi ramai. Paginya, minta tolong dilap badan sama susternya, terimakasih suster… ^_^
Diambil darah lagi, haduw… Lagi-lagi.
Siangnya, Lisa, Novita, Yanti datang menjenguk, dan Bapak pulang. Terimakasih teman sudah memberi dukungan. Sorenya Mas Aris datang sampai Magrib, di luar hujan deras, menyambar kaca kamar.
Malamnya, Bu Choiruzad, Bu Ichwan, sama Azizah datang, tak lama kemudian Mama dan Bapak, ramailah. Hampir jam 20, dokter Deny beserta perawatnya yang banyak datang. Hasil terakhir menunjukkan, trombosit sudah 220 ribu, kemarin sudah 162 ribu, sudah di atas normal. Mau pulang, tapi kata dokternya besok pagi aja, yo wess… Yang dirasa, hanya infus yang sakit saja. Terus kata dokter nanti dilepas saja, tapi cuma selangnya saja, besok diperiksa lagi, kalau panas infusnya dipasang lagi, huhu…

Katanya infus mau dilepas, tapi sampai jan 22.00 tidak dilepas juga, sampai akhirnya tidur saja. Jam 22.30, seorang perawat cowo datang, lalu mencari namaku. Dan aku harus disuntik.
Perawat: disuntik dulu ya…
Aku: kan infusnya udah enggak jalan.
Perawat: bisa kok, dari sini (sambil nunjuk ke arah pusat infus.
Aku: sakit dong..?
Perawat: iya…
Tau-tau… Lansung aja disuntik dari penutup selangnya…
Aku: aaa… (sejenak suara ramai dari sebelah hilang, denger suara teriakku)
Sakit… Sumpah cairannya terasa mengalir. Tak lama kemudian, rasa sakitnya makin terasa, ditambah dinginnya kamar, makin terasa sakit.
Mencoba tidur, dengan menahan sakit yang makin menjadi. Tempat tidur udah enggak tau bentuknya kaya apa, karena kakiku yang terus menendang-nendang tempat tidur. Menangislah, menahan rasa sakit.
Hampir jam 24, suster datang mau lepas infus. Astagfirullah… Pas tangan dipegang aja udah sakit, pas dilepas makin sakit, apalagi tadi habis disuntik. Ya Allah… Makin sakit lagi, nahan sakit lagi sampai nangis. Tapi tidur lumayan enak karena sudah enggak pakai infus.

13. Selasa, 17 Maret 2009
Sarapan pagi bubur, lama banget makannya, sampai lebih dari 45 menit. Dokter Deny datang meriksa, dan memperbolehkan pulang. Beresin barang-barang, trus mengantuk dan tidur. Kebangun dering telepon dari Mas Aris, enggak lama kemudian Bapak datang jemput. Sakit yang terakhir, pas jarum infus dilepas, pedes…

Infus Baru dilepas


Pulang diantar ke bawah sama suster pakai kursi roda, terimakasih suster… Sampai rumah, mandi setengah tangan karena masih pakai perban, setelah itu nyuci baju. Siangnya, Tante Sri Om har, dan Yangti datang, juga Bu Agung.

14. Jum’at, 20 Maret 2009
Cek up jam 19.30. Sebelum 19.15 sudah datang, tapi… Dioper sana-sini sampai hampir satu jam, naik-turun lantai sampai tiga kali. Setelah ke dokter umum, dokter Pipit, baru ke dokter Deny. Curhat, baru pulang dirawat udah ngerjain tugas foto panas-panasan, semester kemarin ngedit video sampai jam 1 pagi. Terakhir banget, aku minta foto bareng sama dokternya, hehe… Ya ampyun, jangan-jangan ini satu-satunya, pasien foto-foto di ruang periksa, keren nggak tuh…

Bersama dr. Deny di ruang praktik


Thanks to:
1. Allah SWT, atas kasih sayangnya memberikan Aku sakit, agar selalu mengingat-Nya. Kemudian memberiku kesembuhan.
2. Orangtua dan keluargaku yang memberi perhatian saat Aku sakit.
3. Teman-teman yang sudah memberikan semangat untuk sembuh.
4. Dokter Deny.
5. Suster dan perawat cowo yang baik.
6. Keluarga tempat tidur sebelah yang cukup menemani.
7. Petugas RS Syahid yang menyiapkan makanan (yang anget dong), yang bersih-bersih, dan petugas keamanan
8. Semua yang telah menjengukku, yang comment di FB, yang SMS, semuanya…

Semoga kita semua selalu diberikan kesehatan, dan kekuatan dari Allah, Amien...
Untuk menjalani hidup yang penuh misteri ini...

Komentar

Aryani Rahmadita mengatakan…
Lagi sakit tetap narsis... ^_^
Sakit yang terdeteksi setelah hampir satu minggu berlalu.